Jumat, 18 Januari 2013

Inilah Dokter-dokter Paling 'Jahat' di Dunia

Dokter seharusnya menjadi 'malaikat' penyelamat bagi pasien-pasien yang membutuhkan pertolongan. Tapi yang terjadi sebaliknya pada beberapa dokter ini, yang justru menjadi 'setan' dan mengakibatkan banyak nyawa melayang.

Berikut 10 dokter paling 'jahat' di dunia yang pernah terekam dalam sejarah, seperti dilansir Listverse, Jumat (18/1/2013):


1. Dr. Josef Mengele (1911-1979) Setelah lulus dari Frankfurt Medical School, Mengele ikut wajib militer menjadi tentara selama Perang Dunia II dan kemudian menawarkan diri untuk pelayanan medis dari Waffen SS. Mengele mulai menyalahgunakan tahanan dan dijadikan percobaan manusia. Dia sangat tertarik pada kembar identik.

Mengele berusaha untuk mengubah warna mata kembar dengan menyuntikkan bahan kimia ke dalam bola mata. Dia juga melakukan amputasi tungkai, dan bereksperimen dengan perawatan sterilisasi dan shock pada anak perempuan. Setelah percobaan selesai, para korban biasanya dibunuh dan tubuh mereka dibedah.




2. Dr. Shiro Ishii (1892-1959) Shiro Ishii adalah seorang ahli mikrobiologi Jepang dan seorang jenderal dari unit perang biologis Imperial Japanese Army, yang bertanggung jawab atas eksperimen manusia dan kejahatan perang selama perang Sino-Jepang II.

Setelah lulus sekolah kedokteran pada tahun 1922, Dr Ishii ditugaskan rumah sakit tentara pertama dan Army Medical School di Tokyo. Tapi tidak sampai tahun 1942, ia memulai eksperimen terkenal pada manusia sebagai bagian dari proyek rahasia untuk tentara Jepang. Korbannya tak terhitung banyaknya (diperkirakan puluhan ribu), yang merupakan tahanan perang China dan warga sipil.




3. Dr. Harold Shipman (1946-2004) Harold Frederick Shipman adalah seorang dokter Inggris dan salah satu pembunuh berantai paling produktif dalam sejarah. Dia dinilai bertanggung jawab atas lebih dari 250 kematian.

Setelah lulus dari Leeds School of Medicine, Shipman menjadi anggota British Medical Council. Di tahun 1993 ia mendirikan klinik sendiri. Kegiatan kriminalnya tidak tercium hingga 1998, ketika sesama dokter mengeluh tingginya angka kematian pasien Shipman.

Penyelidikan mengungkapkan Dr Shipman memberikan diamorfin secara overdosis hingga mematikan bagi pasien, kemudian memalsu catatan medisnya.




4. Dr. H.H. Holmes (1861-1896) Herman Webster Mudgett (alias Dr. Henry Howard Holmes) adalah lulusan Michigan Medical School dan salah satu pembunuh berantai pertama Amerika yang terekam. Sementara pembunuh berantai lain melakukan aksinya di sudut-sudut gelap, Holmes malah menyewa hotel dan merencanakan aksi pembunuhannya.

Ada 27 korban Henry yang diverifikasi, meski polisi berkomentar bahwa korbannya lebih banyak lagi di ruang bawah tanah, yang telah dipotong-potong dan membusuk. Ada yang menduga korbannya lebih dari 200 orang.

 
5. Dr. John Bodkin Adams (1899-1983) John Bodkin Adams adalah seorang dokter medis Inggris, yang dicurigai sebagai penipu dan pembunuh berantai. Selama 10 tahun (1946-1956) total 160 pasien meninggal dalam keadaan mencurigakan. Dan yang paling mencurigakan, hampir semua dari mereka meninggalkan uang atau aset berharga lainnya sesuai kehendak masing-masing.







 6. Dr. Jayant Patel (lahir 1950) Jayant Mukundray Patel meski telah menyebabkan banyak pasien meninggal, tapi ia tidak pernah melakukan eksperimen terhadap pasien, punya masalah mental atau niat membunuh. Masalah Patel adalah ketidakmampuan mengendalikan kotoran dan kurangnya kebersihan.

Patel adalah seorang ahli bedah India yang berimigrasi ke Amerika Serikat. Ia terkait dengan setidaknya 87 kematian di antara 1.202 pasien yang diobati antara 2003 dan awal tahun 2005, tetapi karena telah praktik selama lebih dari 20 tahun, jumlah korban diperkirakan lebih banyak.




7. Dr. Michael Swango (lahir 1954) Michael Swango adalah mantan dokter, mantan Marinir AS perekrut dan pembunuh berantai produktif dengan lebih dari 60 kematian dikaitkan dengannya. 'Karir' Dr Swango sebagai pembunuh berantai sejalan dengan praktek klinisnya.

Perawat melihatnya menyuntikkan beberapa 'obat' ke pasien yang kemudian menjadi sakit aneh. Rekan kerja juga mulai menyadari bahwa setiap kali Swango menyiapkan kopi atau membawa makanan, beberapa dari mereka sakit keras tanpa penyebab yang jelas. Swango akhirnya terbukti meracuni pasien dan koleganya.




8. Dr. Marcel Petiot (1897-1946) Marcel Andre Henri Felix Petiot adalah seorang pembunuh berantai Prancis yang melakukan aktivitas kriminal selama Perang Dunia I dan II. Setelah Petiot menyelesaikan sekolah kedokteran ia mulai magang di rumah sakit jiwa.

Setelah magang, Dr Petiot berhasil menarik pasien dengan mandat palsu dan membangun reputasi yang mengesankan untuk praktiknya. Namun, rumor aborsi ilegal dan resep berlebihan obat adiktif mulai tercium di kliniknya. Kebenarannya terungkap ketika tetangga mengeluh kepada polisi ada bau busuk di sekitar klinik dan seringkali asap besar mengepul dari cerobong asapnya, yang ternyata digunakan untuk membakar manusia.




9. Dr. Linda Burfield (1867-1938) Secara teknis Dr. Linda Burfield bukanlah dokter, karena ia tidak pernah lulus dari sekolah kedokteran, namun bekerja sebagai manajer klinik medis serta praktisi medis berlisensi di negara bagian Washington di Amerika Serikat.

Burfield mempromosikan metode konvensional dan berbahaya untuk menyembuhkan penyakit. Menurutnya tidak makan dapat menyembuhkan hampir semua penyakit, mulai dari pilek hingga kanker. Akibatnya, banyak pasiennya yang diet keras dan kekurangan unsur nutrisi dasar. Bahkan banyak dari pasiennya harus meninggal dengan kondisi kurus kering.




0. Dr. Walter Freeman (1895-1972)
Walter Jackson Freeman II adalah seorang dokter Amerika dan anggota American Psychiatric Association. Meski belum pernah melakukan praktik pidana langsung pada pasien, ia disalahkan karena merugikan 3.400 orang dengan menggunakan teknik medis yang sangat kontroversial dan primitif, yakni lobotomi.

Lobotomi merupakan prosedur yang dilakukan dengan memasukkan alat medis ke dalam rongga mata untuk memotong saraf di bagian depan otak. Metode ini tak butuh ahli bedah saraf dan bisa dilakukan di luar ruang operasi tanpa anestesi. Freeman bahkan menggunakan van pribadinya sebagai ruang operasi, yang ia sebut 'lobotomobile'. Dr. Freeman akhirnya dilarang melakukan operasi setelah kematian beberapa pasiennya karena pendarahan otak.